SELAMAT DATANG DI BLOG HADI SAFRIANDA

Thursday, March 10, 2011

PETANI: KARENA INIKAH KAMI MISKIN?

Posted by HADI SAFRIANDA On 9:05 AM No comments



Kemiskinan harus dipahami sebagai suatu masalah sosial yang bersifat multi-dimensional.Kemiskinan bukan semata-mata karena pendapatan yang kurang. Kompleksitas masalah kemiskinan mencerminkan kesengsaraan dan tertekannya harga diri manusia karena ketiadaan pendapat, kekuasaan dan pilihan untuk memperbaiki taraf hidupnya. Oleh karena itu, profil kemiskinan secara keseluruhan dicirikan oleh pendapatan rendah, kondisikesehatan buruk,pendidikan rendah dan keahlian terbatas, akses terhadap tanah dan modal rendah, sangat rentan terhadap gejolak ekonomi, bencana alam, konflik sosial dan resiko lainnya, partisipasi rendah dalam proses pengambilan kebijakan, serta keamanan individu yang sangat kurang. (Puguh B Irawan, 2005)

Orang di desa yang dengan susah payah mengumpulkan pendapatannya (yang jauh bila dibandingkan pendapatan orang kota) untuk memenuhi kebutuhannya tetapi justru sebagian besar pendapatannya mengalir dengan deras menuju kota. Masyarakat desa dianggap demikian lugu dengan kondisi lingkungannya, sedikit sekali temuan dan inisiatif serta gagasan yang dapat berkembang dan mampu menciptakan potensi dan keunggulan komparatif, sebagian kecil contohnya adalah desa yang memiliki potensi pertanian yang luas tetapi pada kenyataannya masyarakat tidak mampu menjadikan potensi tersebut sebagai keunggulan bersaing dengan desa yang justru tidak memiliki potensi tersebut, telah banyak kejadian yang mencatat bagaimana para petani menuntut perbaikan kesejahteraan di sektor pertanian dan hal itu terus berlangsung hingga kini.

Para petani juga senantiasa tertindas oleh kerakusan para pembeli komoditi pertanian. Untuk menanami kebunnya sebagai contoh, banyak di antara mereka meminjam uang, biasanya kepada rentenir atau apapun namanya motifnya adalah pemberian bantuan modal usaha yang aling-aling tetap memberatkan petani, . Perjanjiannya apakah panen dilunasi. Atau bagi dua hasil, keuntungan bahkan bagi tiga hasil. Ketika panen tiba, mereka akan menjual hasil panen mereka dalam kondisi yang kurang bagus, kadar airnya tinggi, kualitas yang tidak bagus (low grade) bahkan intervensi pasar yang menyebabkan harga komoditi tersebut jatuh ke titik yang paling rendah. sebab mereka membutuhkan uang secepatnya untuk hidup. Tentu saja, harga hasil panen mereka murah. Jadi hutang-hutang mereka bisa terbayar. Sisanya tentu tidak seberapa. Ketika paceklik tiba mereka sudah tidak punya uang lagi, pinjam lagi. Dan seterusnya seperti lingkaran.

Orang miskin tidak memiliki akses terhadap sumber daya yang cukup, baik untuk memproduksi ataupun membeli makanan yang layak. Petani miskin juga hanya memiliki lahan yang terbatas atau bahkan tidak memiliki lahan. Mereka yang memiliki lahan hanya menggunakan teknik-teknik pertanian yang mungkin kurang efisien, yang akhirnya membatasi produksi pangan. Kadang apa yang mereka tanam pun tidak dapat mencukupi kebutuhan mereka, apalagi untuk dijual guna mendatangkan penghasilan. Karena miskin, mereka pun tidak memiliki suara secara politis. Kebijakan-kebijakan negara sangat bias bahkan saat orang miskin menuntut apa yang menjadi haknya sekalipun.

Akhirnya karena kebutuhan hidup, para petani menjual hasil panen ke tengkulak yang tentu membeli dengan harga rendah. Dalam kondisi semacam ini, para tengkulak semakin berkuasa menentukan harga gabah. Mereka memanfaatkan ketidak pedulian pemerintah dalam menyikapi dan membentengi kerentanan para petani tersebut. Lagi-lagi petani yang miskin pun semakin dirugikan. Mereka tahu harga pasaran, namun tidak dapat melakukan apa-apa karena terdesak kebutuhan.

MARET, 2011, DIKAKI BUKIT DESA RATAWALI KECAMATAN KUTE PANANG

0 comments: