SELAMAT DATANG DI BLOG HADI SAFRIANDA

Friday, April 22, 2011

AYAH ENGKAULAH PAHLAWANKU

Posted by HADI SAFRIANDA On 10:49 AM No comments

Share |

Salam hormatku, ayah.

Sudah panjang perjalanan yang kutempuh, sudah ribuan kilometer kaki ini melangkah, seperti yang engkau ajarkan ketika aku baru mulai pandai berjalan, engkau selalu memegang jari kecilku supaya aku tidak tersandung bahkan tergelincir, begitu juga engkau panik disaat tubuh mungilku didera oleh penyakit yang sering datang menghinggapiku. Kini, usiaku sudah mencapai kepala tiga dan kalau tuhan masih memberikan kesehatan atas diriku mungkin sebentar lagi akan mencapai angka empat, namun sejauh ini kita selalu melewati waktu tanpa kata dari hati, hanya sebatas senyum dan sapa sebagai tanda hormatku kepadamu. Bahkan terkadang bibir ini kelu bila hati ini menginginkan untuk bermanja kepadamu.

masih ingat dulu ketika begitu banyak pahlawan-pahlawan yang paling hebat yang menjadi imaginasiku sewaktu kecil,  namun hal itu tidak mengalahkan rasa kagumku kepadamu, apapun perbuatanmu menjadi panutan yang sempurna, apapun yang engkau lakukan adalah hal yang terbaik bagiku.

kasar telapak tanganmu membuktikan bahwa perjuanganmu terhadapku tanpa pamrih, bahkan engkau akan berjuang lebih keras apabila aku meminta sebuah mainan idolaku walaupun engkau takkan mampu mewujudkan impian tersebut tapi engkau tetap berjuang keras untuk bisa membuatku bahagia. Kulit legammu adalah bukti dari ketegaranmu.

Pernah aku melihatmu tersenyum bahagia, karena aku menjadi seorang terbaik diantara yang lain, kebanggaanmu jelas terukir dikulitmu yang mulai keriput, walaupun engkau tidak pernah tahu kalau aku mengamatimu ketika engkau tertidur bahkan engkau tidak sadar tertidur dikursimu karena kepenatanmu untuk menghidupi aku.

Pernah juga aku melihatmu bersedih, karena arang hitam ku lukiskan diwajah dan keningmu bahkan tajamnya sembilu ku tancapkan dijantungmu, Maafkan aku ayah.

Namun engkau harus tahu, aku mewarisi sifat gigihmu, tidak takut akan tantangan yang menghadang didepanku, tidak pernah menyerah akan kerasnya hidup dan tidak pernah takut dengan ancaman apapun yang berdepan denganku, itu semua adalah warisan yang engkau tanamkan dijiwaku, karena itu pula yang membuat kita berbeda prinsip, membuat kita berpisah dipersimpangan jalan yang panjang, dan terus akan semakin jauh.

 
ketika engkau marah kepadaku dan aku berbalik menantangmu, sehingga kita tidak dapat menemukan titik simpul dari masing-masing egois kita, engkau selalu menilaiku dari sudut pandangmu, aku juga begitu melihat dari pandanganku, hal itu yang membuat kita semakin jauh, masih ingatkah engkau ayah ketika kuminta sebuah celana bermerk terkenal yang engkau tak mampu membelinya, tetapi engkau menawarkan celana dengan bermerk lokal bahkan cenderung kuno dalam pandanganku, kita bertengkar sehingga aku hanya memakai celana tahun sebelumnya untuk lebaranku. Aku masih ingat itu, bahkan aku semakin jarang meminta kepadamu, sifat ini kudapatkan dari mu ayah.

Aku tak pernah ingat sudah berapa ramadhan, aku meninggalkanmu, kuakui memang pernah aku berusaha untuk melupakanmu, menafikan kehadiranmu, namun tak pernah bisa karena diantara kita masih ada benang merah yang mengikat jiwa kita, bukan maksudku untuk membencimu atau melupakan semua apa yang pernah engkau berikan dan lakukan kepadaku, tapi karena aku marah kepadamu.

Sudah kukatakan, aku mempunyai sifat keras yang mengalir dalam darahku adalah warisan darimu. Apa  yang telah kulakukan tak lebih dari sebuah usaha untuk meyakinkanmu bahwa aku mampu melakukannya. Berdiri diatas kaki sendiri! Tapi mungkin aku salah. Maafkan aku, ayah.

Aku selalu ingat kulitmu yang terbakar dan menghitam legam karenaku. Cucuran keringat yang membasahi dahi dan kemejamu itu semua kau lakukan untuk mewujudkan kebahagiaanku dan tak pernah kau hitung, berapa hutangku kepadamu serta tak pernah terbersit sedikitpun untuk menagihnya dariku,. Jujur aku malu kepadamu.

Yang tak pernah kulupa darimu adalah petuah tentang hidup yang kau ajarkan, “ Hiduplah seperti layaknya laki-laki! Lakukanlah kewajibanmu sepenuh hati “. Satu hal harus kau tahu, dulu, kini hingga nanti, engkau adalah pahlawan di hatiku!

Kita memang ditakdirkan untuk saling belajar. Kita pernah mengalami masa yang suram saat kehilangan orang yang sama-sama kita cintai, dalam nilai yang berbeda. Mungkin ini jalan yang ditunjukkan. Saat rasa kehilangan begitu besar, muncul sebuah harapan baru. Kita bisa memperbaiki semuanya, memulai dari nol, antara engkau dan aku. Bukan antara kita semua, cuma antara engkau dan aku, sekali lagi kukatakan kita bisa kembali merajut hal-hal yang pernah hilang cuma antara engkau dan aku.

Saat ini, aku ingin merubah semuanya. Atas semua sikap dan salahku. Untuk semua yang terlewati tanpa kata. Aku tahu kau selalu mencintaiku, tak pernah meminta apa-apa dariku, bahkan sebuah kata maaf sekalipun.

Aku tahu kau tak pernah meninggalkanku. Entah saat ku luka atau tersenyum. Dan aku juga tahu, kini kau setuju dengan pilihanku.

Dengan segala kerendahan hati, aku meminta maaf kepadamu, ayah…

Pulau Pinang, 6 Agustus 2010

0 comments: